Bisakah Embrio Sintetis Tumbuh Menjadi Bayi? Mengungkap Kemungkinan Masa Depan
07 Aug 2024Para ilmuwan baru-baru ini menciptakan embrio manusia sintetik menggunakan sel punca, yang menghindari kebutuhan telur atau sperma. Embrio model ini mirip dengan yang ada pada tahap awal perkembangan manusia, dan dapat memberikan gambaran penting tentang dampak kelainan genetik dan penyebab biologis dari keguguran berulang. Namun, tidak ada prospek jangka pendek dari embrio sintetik yang digunakan secara klinis, dan belum jelas apakah struktur ini memiliki potensi untuk terus matang melampaui tahap awal perkembangan.
Kemajuan dan Tantangan
Perkembangan tersebut menyoroti betapa cepatnya sains di bidang ini telah melampaui hukum, dan para ilmuwan di Inggris dan di tempat lain sudah bergerak untuk menyusun pedoman sukarela untuk mengatur pekerjaan pada embrio sintetis. Seiring kemajuan teknologi, kemungkinan para peneliti akan menemukan cara untuk menggunakan sel punca untuk membuat embrio yang lebih matang, dan berpotensi menjadi janin dan bayi hewan. Namun, teknologinya terus berkembang, dan penelitian tentang embrio sintetik baru benar-benar berkembang pesat dalam lima hingga 10 tahun terakhir, dan sejumlah besar kemajuan telah dicapai.
Masalah Etika dan Hukum
Penciptaan embrio manusia sintetik menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam, dan kemajuan pesat telah melampaui diskusi tentang bagaimana mereka harus ditangani secara etis dan legal. Misalnya, para peneliti umumnya tidak diperbolehkan menumbuhkan embrio manusia selama lebih dari 14 hari, tetapi bagaimana dengan struktur mirip embrio yang terbuat dari sel punca? “Embrio sintetik” ini dapat dibuat tanpa kontribusi langsung dari sel telur atau sperma. Karena mereka bukan embrio "asli", beberapa berpendapat bahwa pembatasan yang sama tidak berlaku. Namun, mengingat betapa cepatnya bidang ini bergerak selama beberapa tahun terakhir, beberapa ahli semakin khawatir tentang seberapa dekat kita untuk menghasilkan model embrio manusia yang lengkap dengan potensi untuk berkembang menjadi embrio atau janin manusia yang layak.
Kesimpulannya, penciptaan embrio manusia sintetik menggunakan sel punca merupakan terobosan baru yang mengesampingkan kebutuhan sel telur atau sperma. Sementara embrio model ini dapat memberikan jendela penting pada dampak kelainan genetik dan penyebab biologis keguguran berulang, tidak ada prospek jangka pendek dari embrio sintetis yang digunakan secara klinis. Teknologi terus berkembang, dan penelitian tentang embrio sintetik benar-benar berkembang hanya dalam lima sampai 10 tahun terakhir, dan sejumlah besar kemajuan telah dicapai. Namun, penciptaan embrio manusia sintetik menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam, dan kemajuan pesat telah melampaui diskusi tentang bagaimana mereka harus ditangani secara etis dan legal.